TEMPO.CO, Jakarta – Dana milik sejumlah investor perusahaan rintisan Tanijoy senilai lebih-kurang Rp 4,5 miliar diduga raib. Para investor dalam beberapa hari terakhir membanjiri media sosial Tanijoy untuk mempertanyakan kelanjutan proyek di perusahaan yang menghubungkan petani dan pemodal tersebut.
Kasus ini bermula pada pertengahan 2020 saat dana milik beberapa investor dari proyek yang telah selesai ditarik kembali oleh pihak Tanijoy. “Tanijoy menyampaikan kalau ada permasalahan dan akan tertunda pengembalian dananya dan sampai sekarang masih banyak yang tertunda,” ujar Ketua I Himpunan Lender Tanijoy Fadhil saat dihubungi Tempo, Senin, 26 Juli 2021.
Namun, pihak Tanijoy tidak kunjung menyampaikan perkembangan dari kepastian proyek dan keberadaan dana masing-masing investor. Sejak akhir 2020, media sosial Tanijoy juga tidak lagi aktif dan beberapa investor yang mengajukan pertanyaan malah diblokir.
Sejumlah investor pun merasa kecewa lantaran perusahaan tidak bertanggung jawab. Padahal, perusahaan memiliki misi yang baik untuk mempertemukan petani yang membutuhkan modal dan para pemberi dana terbuka.
Fadhil menduga angka dana investasi yang bermasalah masih bisa bertambah seiring dengan pendataan yang dilakukan perhimpunan lender. Investor pun belum mengambil langkah hukum.
Investor terkendala untuk melaporkan masalahnya kepada Satgas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan karena perusahaan disebut-sebut belum terdaftar di otoritas. “Belum ada laporan resmi tapi salah satu lender pernah berkontak dengan SWI OJK (Satgas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan) dan responsnya karena tidak terdaftar di OJK, jadi tidak bisa bantu apa-apa dan menyarankan untuk lapor ke Bareskrim,” ujar Fadhil.
Seorang investor berinisial AP sebelumnya juga menuliskan utas tentang pengalamannya yang tidak menyenangkan saat menjadi lender Tanijoy. Masalah itu bermula saat ia berniat membantu petani dan memutuskan untuk melakukan investasi pada proyek kentang granola tele IV berjumlah enam slot dengan total Rp 12,4 juta.
Investasi itu ia tanamkan sejak Juli 2020 dan semestinya cair pada Maret 2021. Kecurigaan AP terhadap perusahaan Tanijoy meningkat saat ia membaca laporan dari invstor lain di berbagai platform media sosial, termasuk Instagram. Para investor bernasib sama melaporkan bahwa mereka tidak mendapatkan kejelasan tentang kelanjutan dana investasinya.
Investor Tanijoy lainnya bernama Caesar Akbar bercerita bahwa ia tidak bisa mengakses aplikasi perusahaan rintisan itu sejak akhir 2020. Ia menjadi lender di Tanijoy dengan total investasi kurang dari Rp 10 juta.
“Sekarang aplikasinya sudah tidak jelas. Di PlayStore pun aplikasi Tanijoy untuk lender sudah hilang, tinggal untuk farmer (petani),” tutur Caesar saat dihubungi melalui pesan instan.
Caesar mulai menjadi inevestor di Tanijoy pada 2019. Ia memilih tiga proyek pertanian yang meliputi pekerjaan tanam kentang dan jamur. Pada Januari, Caesar dan investor lainnya menerima pernyataan permohonan maaf dari manajemen Tanijoy melalui surat elektronik.
Manajemen mengabarkan bahwa sejak awal Desember, Tanijoy sulit dijangkau oleh pendana. “Kami menyadari bahwa hal ini menyebabkan para pendana khawatir apabila kami tidak bisa memenuhi tanggung jawab yang ada. Oleh karena itu, segenap tim manajemen Tanijoy memohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan,” tulis manajemen.
Dihubungi terpisah, Founder dan CEO Cartenz Group and Serial Tech Entrepreneurship Gito Wahyudi belum menjawab pesan Tempo ihwal kasus dugaan dana investasi yang raib.