Kematian beruntun burung pipit liar di Sukabumi tengah diselidiki instansi terkait. Dari beberapa temuan awal diduga penyebab kematiannya akibat pestisida. Kemungkinan lain seperti flu burung dan Covid-19 masih didalami.
Kepala Bidang Wilayah I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat Lana Sari mengatakan, lokasi kejadian berada pemukiman penduduk sekitar Jalan Goalpara, Desa Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dinas Peternakan setempat, menurutnya, sudah turun ke lokasi untuk menyelidiki. BKSDA juga mengerahkan petugasnya ke tempat kejadian.
Menurut Lana dari laporan yang diterimanya, temuan awal kematian berjumlah lima ekor burung pipit, kemudian dua hari ke belakang menyusul 13 dan 2 ekor burung pipit. Total yang berhasil ditemukan sebanyak 20 bangkai burung pipit. “Burung ini bergerombol mungkin (yang mati) itu satu kelompok,” ujarnya yang dihubungi Sabtu, 31 Juli 2021.
Dari video unggahan warga, bangkai-bangkai burung pipit ditemukan bergeletakan pada pagi hari. Lokasi temuannya di pekarangan rumah warga. Tergolong bukan satwa yang dilindungi, burung pipit biasa memakan serangga juga dianggap hama bagi petani karena suka memakan padi. “BKSDA melihat kasus ini dari sisi keseimbangan ekologi,” ujarnya.
Dia mengatakan petugas juga menelusuri dugaan kematian burung liar itu akibat virus flu burung maupun Covid-19. Dari hasil temuan di lapangan, sejauh ini belum ada laporan satwa unggas yang mati di sekitar lokasi kejadian. “Jadi kemungkinan matinya akibat pestisida,” kata dia. Soal mekanismenya masih ditelusuri petugas.
Sebelumnya diberitakan, sebuah video rekaman warga menceritakan kematian belasan burung pipit yang ditemukan Kamis lalu. Menurut Lana, setahunya baru kali ini ada laporan kematian burung pipit liar yang terjadi beruntun dan berjumlah banyak.